Kamis, 24 Desember 2009

melan kolis

Hidup ini memang kadang terlalu melan-kolis dan kadang terlalu hepi.
Yang kurangnya dari seorang manusia ialah kekurangannya. Banyak hal yang manusia itu keluhkan yaitu kekurangannya bukan kelebihannya.
Semua itu muncul sendiri dari pikiran dan pertanyaannya dalam hati.

Mengapa aku begini? Mengapa tidak begini saja? Kenapa hari-hariku muram? Mengapa aku miskin? Mengapa aku orang kaya kesepian? Kenapa jalan hidupku seperti ini? Mengapa takdir dan nasib tak pernah berpihak kepada? Apakah Tuhan tidak adil padaku? Apa salahku? Apa dosaku terlalu banyak? Apa aku jauh dari ENGKAU? Apa aku banyak mengeluh? Bagaimana seharusnya aku?

Begitu naifnya orang yang selalu bertanya pada dirinya sendiri.
Kebanyakkan orang keliru, kurang percaya diri dan kurang yakin kepada dirinya sendiri, itulah yang membuat manusia itu selalu melihat dirinya dari kekurangannya.

Tak yakin kepada dirinya sehingga manusia itu rendah diri atau kuper, culun, ditindas, di ejek, di hina dan di kucilkan.

Kebalikan dengan manusia yang selalu percaya diri ,yakin pada dirinya namun terlalu melampaui batas hingga akhirnya manusia itu egois, angkuh, takabur, depresi, dan akhirnya memilih bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya.

Lalu apa yang seharusnya manusia lakukan untuk tidak banyak mengeluh pada setiap doanya kepada TUHAN-Nya? Dan selalu ingat bahwa TUHAN tidak pernah tidur selalu mengawasi manusia-manusia sombong dan lupa akan TUHAN bahkan lupa akan dirinya sendiri dan keluarganya?

Mungkin banyak penasehat seperti ulama, pendeta, biksu, guru di sekolah, orang tua yang sering kali mengingatkanmu… .
Mereka adalah perantara yang selama ini manusia anggap , tak akan berguna karena mereka juga manusia dan tidak dapat merasakan penderitaan dan keluhanmu. Dan hanya bisa berucap melalui kata-kata yang manusia anggap basi.

Sebenarnya.., manusia yang seperti itu adalah manusia yang selalu merasa sendiri, menganggap bahwa dia seorang lah yang mendapat cobaan tanpa mau berbagi karena alasan yang begitu banyak.

Itulah, seorang manusia yang kurang mensyukuri kehidupan yang di beri TUHAN , tak peduli orang-orang sekitar dan tak pernah dekat pada-Nya.

Ironis memang, manusia yang berpijak di bumi ini mungkin sebagian besar atau lebih besar sifatnya seperti yang terurai diatas.
Banyak manusia yang mengelak namun, di dalam hatinya manusia itu membatin “iya”.

Itulah manusia lain dimulut lain dihati.

Tak banyak pengalaman yang manusia ambil dari masa lalunya. Masa lalunya hanya dianggap “masa lalu” belaka tak berarti apa-apa.
Di otak manusia hanya terpikir masa depanku bagaimana?.

0 komentar:

Posting Komentar